
Rekonseptualisasi Penanggulangan Kemiskinan: Strategi Pendayagunaan Kelompok Miskin melalui Program Pemberdayaan Perempuan Bersama DIVA UMKM di Kelurahan Tipes
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tengah mengalami pergeseran makna menjadi sebuah skema alternatif dalam kamus perniagaan kaum marginal saat ini. Label UMKM beralih menjadi sarana pemerataan ekonomi, menyerap ratusan tenaga kerja pemula sehingga lapangan kerja baru deras terbuka. Hal tersebut semakin menyusutkan angka pengangguran di berbagai daerah, khususnya kota Surakarta.
Namun di balik pergerakan yang melambung pesat, kemiskinan struktural masih menjadi provokator terbesar yang membelit mayoritas pelaku usaha mikro. Dilema tersebut berakar pada minimnya literasi keuangan, pemahaman terkait jejaring pemasaran, keterbatasan akses pendidikan dan teknologi, serta kesadaran terkait digitalisasi dalam berwirausaha. Fakta ini diperkuat oleh pengalaman Bu Madu Mastuti, pemilik usaha Kerajinan dan Tata Busanadi Kelurahan Tipes.

Bu Madu menyatakan kemiskinan struktural sulit diberantas dengan adanya kerangka bantuan yang menghambat pemberdayaan kelompok miskin sebab didominasi oleh pendekatan karikatif jangka pendek serta rentan dipolitisasi. Berdasarkan pengalamannya, kelompok miskin belum memiliki kapasitas untuk melakukan monitoring terhadap penyaluran bantuan dan cenderung kurang memahami potensi diri. Bu Madu menegaskan perlu adanya program yang mampu mengkoordinasi probabilitas guna melahirkan kemandirian, terkhusus dalam berwirausaha.
Alih-alih terjebak pada kerangka bantuan yang bersifat temporer, gerakan murni justru mampu memperlihatkan bahwa pemberdayaan dapat tumbuh dari prakarsa masyarakat itu sendiri. Contoh nyata dapat terlihat di Kelurahan Tipes, Bu Madu memimpin pembentukan “Wanita Berkarya” dan “Mastinimpil” sebagai pangkalan awal untuk melonggarkan kaum perempuan serta masyarakat Tipes lainnya dari jerat kemiskinan. Ia mengupayakan probabilitas usaha dengan konsistensi pemasaran produk yang inovatif, berdaya guna, serta saling menguntungkan antar pelaku UMKM.
Melalui kelompok tersebut, kolaborasi antar masyarakat mulai dilangsungkan. Berbagai peluang bisnis juga dimodifikasi agar tetap relevan dengan kebutuhan pasar. Saat pandemi lalu misalnya, penurunan minat konsumen menstimulasi terbentuknya inovasi pemanfaatan produk masker kain yang tidak hanya menggenapi kebutuhan konsumen tetapi disisi lain juga dapat mengurangi limbah tekstil. Permasalahaan teratasi, produk memiliki nilai jual tinggi, lantas usaha tetap berjalan sekalipun dalam kondisi krisis.
Keefektifan gerakan murni dari masyarakat mengoreksi bahwa pemberdayaan berlandaskan kelompok mampu membentangkan sayap ekonomi bagi perempuan. Kendati demikian, gerakan tersebut masih membutuhkan sokongan yang terkonsolidasi. Pada titik inilah program DIVA UMKM dari Jala Lentera menyelaraskan peran sebagai medium pendayagunaan ekonomi perempuan di kelompok miskin.

Program DIVA UMKM hadir dari realitas yang menunjukkan bahwa sejumlah UMKM masih berproses pada level subsisten. Semata-mata bertahan tanpa adanya ekspansi usaha akibat dari keterbatasan pemahaman tata kelola keuangan dan utilisasi teknologi. Sepanjang UMKM dibiarkan dalam struktur yang sama, peluang untuk membentuk inisiator pengentasan kemiskinan cenderung akan terkatup jalannya.
Dalam upaya pengentasan tersebut, program DIVA UMKM menjembatani pelaku UMKM perempuan dengan pendampingan yang meliputi mentoring, training, inkubasi usaha, serta monitoring secara berkala. Melalui pendampingan, pelaku UMKM dibekali kompetensi literasi digital, gambaran platform e-commerce sebagai media promosi, interpretasi perilaku pasar, strategi pemasaran bersama, serta kalkulasi HPP (Harga Pokok Penjualan) selama berwirausaha. Bu Madu menyatakan apresiasi terhadap program DIVA UMKM karena telah memberikan bimbingan yang berdampak nyata, menyokong masyarakat di kelurahan Tipes dalam mewujudkan kemandirian ekonomi.
Sinergisme dan dukungan program yang tepat guna mencitrakan lanskap nyata bahwa pemberdayaan perempuan mampu membentangkan jalan keluar dari jerat kemiskinan serta mewariskan jejak transformasi yang bernilai bagi seluruh pelaku UMKM.