
Godhongkoe: Kisah Seni Bertahan Hidup Reno Melalui Ecoprint
Kalau bicara soal seni, biasanya yang kebayang itu hobi, tetapi bagi Bu Reno Suryani, seni justru menjadi cara untuk bertahan hidup. Bu Reno,pemilik dari Godhongkoe sekaligus training of trainers dari program DIVA UMKM yang dijalankan oleh Jalatera mempunyai kisah yang inspiratif tentang bagaimana beliau bisa bertahan, bangkit, dan berkembang di dunia ecoprint.

Sebelum mengenal ecoprint, Bu Reno merupakan seorang penulis di sebuah penerbit dari tahun 2008 hingga 2019. Pada akhir tahun 2019, beliau mengerjakan proyek buku baru mengenai keterampilan dan mulai bertemu dengan yang namanya ecoprint. Dari situ, beliau mulai mencoba bikin ecoprint sendiri, meskipun berakhir gagal terus, beliau tetap semangat belajar dan bereksperimen.
Lalu datanglah tahun 2020, pandemi melanda. Perusahaan penerbit tempat Bu Reno bekerja kolaps, semua karyawan dirumahkan, dan upaya untuk bangkit gagal karena pasarnya sudah teralihkan. Di titik itu beliau memutar otak, pemasukan dari pekerjaan hilang, sehingga mau tak mau beliau harus memulai usaha sendiri. Dari situ lahirlah Godhongkoe, ‘seni bertahan hidup’ Bu Reno.
Awalnya, Bu Reno berfokus pada batik tulis dengan pewarna alam, tetapi ada satu masalah terkait pembuangan limbah, beliau tidak punya tempat untuk membuang limbahnya karena produksi dilakukan di rumah sendiri. Dari situlah beliau mulai berpikir bahwa harus ada cara yang lebih ramah lingkungan dan akhirnya beliau beralih ke ecoprint. Walaupun beliau sudah pernah mencoba ecoprint sejak tahun 2019, beliau tetap mengikuti kursus untuk memperdalam kemampuannya dan mulai serius menekuni usaha ecoprint pada tahun 2021.
Selain produksi, Bu Reno mulai membuka workshop ecoprint di tahun 2022. Awalnya beliau ragu, merasa belum pantas membuka kelas sendiri, tapi karena ada kenalan beliau yang bertanya, beliau akhirnya mencoba menggelar workshop pertamanya. Namun workshop pertama itu belum sesuai harapan karena persiapannya belum matang dan formulanya masih asal-asalan. Dari pengalaman itu, beliau menyusun formula yang lebih tepat dan membuat SOP untuk workshop berikutnya. Dengan melakukan workshop terus menerus, beliau juga berhasil membawa ecoprint sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di beberapa sekolah.

Sebelum kenal DIVA UMKM, pemasaran Godhongkoe mengandalkan jaringan sendiri melalui grup WhatsApp. Meskipun Bu Reno sudah memiliki Instagram, Google Business dan WhatsApp Business, pengelolaannya belum maksimal. Perubahan mulai terjadi pada tahun 2023, peserta DIVA UMKM mengajaknya bergabung komunitas, tapi awalnya Bu Reno ragu karena pengalaman teman-temanya soal komunitas membuat enggan bergabung. Namun, setelah dijelaskan bahwa DIVA UMKM berfokus membantu perempuan dan difabel melek digital, beliau merasa cocok dan mendaftar hingga akhirnya beliau terpilih menjadi salah satu trainer program DIVA UMKM.
Selama mengikuti DIVA UMKM, Bu Reno belajar banyak mengenai bagaimana caranya mengobrol dengan orang. Meskipun sudah pernah mengajar workshop kelas besar, sebagai seorang introvert, beliau membutuhkan rehat beberapa hari setelah bertemu dengan banyak orang. Namun, dengan menjadi trainer DIVA UMKM, beliau diharuskan berinteraksi terus menerus dan belajar menyesuaikan diri dengan setiap peserta sesuai kebutuhan mereka.
Dari segi digital, Bu Reno merasa dengan mengikuti DIVA UMKM semakin dikuatkan dalam mengelolanya, yang awalnya hanya sebatas punya tetapi tidak diisi seperti Instagram atau Google Business. Dengan DIVA UMKM, beliau belajar untuk mengelolanya dengan benar hingga membuat pihak luar untuk bisa mengajak kolaborasi dengan beliau.
Kisah Bu Reno ini membuktikan bahwa UMKM perempuan bisa bangkit dan berkembang, terlebih ketika mendapat dukungan dari program inklusif seperti DIVA UMKM. Hal ini menjadi motivasi nyata bagi lebih banyak perempuan untuk berani maju dan terus berkarya tanpa batas.
Info :
Instangram @godhongkoe